ketika sebuah kehidupan sepenuhnya adalah pembelajaran

Selasa, 05 Agustus 2014

Cinta Suci Seorang Pendosa

Copy dari Websitenya Kang Setia
Wajib di baca !!!
ini Link aslinya : http://www.setiafurqon.com/cinta-suci-seorang-pendosa.html
Cinta Suci Seorang Pendosa

Aku mungkin orang yang paling banyak dosanya di dunia ini. Semua dosa hampir sudah pernah aku coba. Dari minuman keras, ganja, dan lain sebagainya pernah kucoba.

Bahkan, beberapa orang mengenalku sebagai seorang preman. Setelah lulus SMA, aku tak melanjutkan kuliah, karena aku lebih senang kumpul dengan teman-temanku sesama pengangguran. orang tuaku bisa dikatakan kaya, tapi mereka tak mau peduli denganku, semuanya diselesaikan dengan uang. Parahnya, saat aku mabuk dan tak sadarkan diri banyak hal-hal negatif yang aku lakukan.

Dengan uang dan ketampanan yang aku punya, hampir semua tipe wanita sudah pernah kutaklukan. Namun, yang beberapa hari ini jadi perhatianku, aku ingin bisa menaklukan satu tipe wanita yang cukup sulit ditaklukan nampaknya, yaitu wanita berjilbab.

Akhirnya aku menemukan seorang wanita cantik berjilbab yang kujadikan target untuk mendapatkannya. Berbagai strategi kujalankan untuk mendapatkan seorang wanita cantik berbalut jilbab rapi di sebuah kampus. Karena aku tahu wanita seperti itu suka dengan lelaki yang suka mengaji dan berkumpul dengan orang-orang soleh, kuberanikan diri untuk pura-pura mengikuti kajian yang diadakan di kampus tersebut. Awalnya, fokusku bukan pada pengajiannya, namun pada cara beberapa lelaki di sekelilingku bersikap. Agar aku bisa meniru tingkah laku mereka agar hati wanita cantik berbalut hijab itu bisa kutaklukkan.

Namun entah mengapa, saat seorang ustadz mengajarkan tentang nikmtnya menjadi seorang muslim yang hidup tenang dunia akhirat, seperti ada setetes embun yang begitu menyejukkan hatiku yang selama ini kering. Seperti oase di tengah padang pasir. Pengajian perdana berlalu, entah mengapa ada kerinduan untuk mendengar kembali kajian selanjutnya. Jiwa ini seperti mendapat asupan setelah kelaparan yang berkepanjangan.

Kajian selanjutnya, kembali aku dapatkan kesejukan itu, hingga pertemuan-pertemuan selanjutnya. Akhirnya, akupun lupa dengan targetku untuk menaklukan wanita berjilbab panjang itu.

Akupun sedikit demi sedikit mulai berubah. Entah mengapa aku sudah malas ngobat, mabuk, dan kemaksiatan lainnya. Perlahan aku sudah jarang ditemui di tempat mangkalku dengan teman-teman lain sesama pemabuk. Aku justru ketagihan dengan sholat duha yang jadi amalan favoritku. Kadang aku berkata dalam hati, “Halo, kenapa aku jadi berubah gini? Mana aku yang dulu?”

Sampai suatu hari, seorang Ustadz bertanya, “Antum (Kamu) sudah siap nikah, ini kebetulan ada seorang akhwat yang sudah siap menikah. Antum kayaknya udah siap untuk nikah”. Otakku seperti mau pecah, hatiku seperti kena petir. Sambil setengah gagap akupun berkata, “Ust.. Ustadz, saya ini banyak dosa. Tapi saya memang ingin sekali memperbaiki diri. Mudah-mudahan saya bisa menjadi imam yang baik. Bismillah, kalau ustadz yang merekomendasikan, saya siap ustadz”.
Sekarang giliran Ustadznya yang kaget. “Bener siap?? Kapan kamu mau ta’aruf (Berkenalan) dengan akhwatnya?

Dengan tekad kuat, akupun menatap dalam-dalam mata Ustadz, “Ustadz, kalau memang memungkinkan, malam ini juga saya siap untuk melamar dan melangsungkan akad nikah. Saya gak mau berlama-lama. Kebetulan saya sudah punya tabungan yang cukup untuk mahar dan hidup bersama beberapa bulan kedepan”.

“B.. bener? Kamu nggak akan lihat dulu akhwatnya?” Tanya sang Ustadz. “Afwan (Maaf) Ustadz, dia wanita tulen kan?” Tanyaku.

“Ya iyalah..hehe. Masa banci” Canda Ustadz. “Saat masa kelam dulu, saya sudah tahu semua tipe wanita. Saya nggak mau saya menikah karena nafsu saya padanya. Saya ingin menikahi wanita yang siap menerima saya sebagai imamnya. Yang bersama saya mempeleajari dan mengamalkan ajaran Islam. Mohon do’anya Ustadz” Jawabku mantap.

Singkat cerita, malam itu juga. aku dibawa ke rumah orang tua akhwat yang akupun tak tahu wajah dan latar belakang dirinya. Pikir sederhanaku, ada seorang wanita muslimah yang mau menerima aku apa adanya saja sudah Alhamdulillah.

Saat Sang Ustadz berbincang-bincang dengan keluarga akhwat tersebut, pikiran saya melayang-layang. Ingin rasanya mencubit pipi sambil bilang, “Benarkah ini terjadi? Sebentar lagi saya akan menikah?”. Saat kedua orang tua wanita paham dengan tujuan kami kemari, mereka pun berkata, “Kalau kami sih nggak ada masalah, tapi ga tau anaknya mau atau nggak. Mikaila, kemari Nak!”. Tiba-tiba dibalik tirai rumah yang sederhana itu muncul seorang bidadari yang begitu cantik, memakai kerudung putih rapi dengan mata menunduk dan senyum yang menggoda. “Allah, ternyata dia, orang yang dulu aku kejar-kejar sampai aku bisa berubah seperti ini!”. Astagfirullah, segera kutundukkan kepala.

Orang tua akhwat itupun bertanya untuk kedua kalinya, “Nak, kamu sudah kenal dengan lelaki yang ingin melamarmu ini?”. “Mm.. Belum mah, tapi wajahnya pernah hadir dalam mimpi Mikaila beberapa hari ini” Jawabnya begitu merdu. “Waduh, belum kenal. Jadi gimana, kamu setuju menikah dengan Mas ini atau mau dipikir masak-masak dulu?” Tanya sang ayah.

Beberapa saat, keadaan begitu sepi, seakan malam jum’at kliwon di sebuah hutan. Hatiku pun bergejolak, aku memang berharap, tapi aku siap jika aku ditolak. Jika diterima aku akan sujud syukur, jika ditolak aku akan berkata, “AllahuAkbar!”

Tiba-tiba, sebuah suara lembut begitu menyejukkan hati, seperti pertama kali aku menikmati siraman hidayah mengalir di tubuhku, “InsyaAllah, dengan memohon petunjuk dan rahmat dari Allah, Mikaila siap membangun cinta karena Allah, berusaha menjadi istri solehah, setia menemani Mas dalam berjuang di jalan Allah. Bismillah, Mikaila siap diimami”.

Lantunan kata itu bukan hanya lembut, tapi membuat mataku meleleh. Teringat kembali masa-masa kelam yang kujalani selama ini. Akankah aku mengatakannya sekarang di depan semua orang? Ataukah hanya akan kuberitahu pada calon istriku? Atau selamanya akan kupendam, atau bahkan kulupakan. Beberap saat hatiku berkecamuk.

Kutersadar dari lamunan saat Ustadz berkata, “Alhamdulillah, kalau seperti itu, bagaimana kalau malam ini saja langsung akad nikah, biar cepat halal. InsyaAllah resepsi bisa menyusul”.

Singkat cerita, malam itu dengan pertimbangan banyak pihak akhirnya akupun berhasil meminang seorang bidadari cantik jelita, anugerah terindah dariNya.

Malam itu juga aku ajak Mikaila ke sebuah hotel yang cukup mewah. Setelah wudhu bersama, sholat 2 rakaat dan mencium keningnya, akupun memegang tangannya perlahan, sambil malu-malu menatap matanya yang indah itu, “Sayang, benarkah kau mau menerima diriku apa adanya?” Jawabku lirih. “InsyaAllah saya menerima Mas apa adanya”. Mataku mulai berkaca-kaca, “Tapi aku punya masa kelam yang…” Belum sempat aku melanjutkan, jari tangannya yang lentik menyentuh bibirku, “Sstt.. Mas, saat akad tadi terucap aku sudah pasrahkan semuanya pada Allah. Aku terima mas apa adanya, aku punya masa lalu, mas juga punya masa lalu, yang penting bukan masa lalu, tapi hari ini dan hari-hari selanjutnya yang akan kita bangun”.

Subhanallah, akupun memeluknya sambill air mataku meleleh. Begitu bahagia rasanya mempunyai istri solehah yang ikhlas menerimaku apa adanya. Malam itupun aku terkejut karena ternyata istriku penghafal quran, lebih dari 20 juz ia hafal beserta artinya. Maka nikmat Allah mana lagi yang hendak kau dustakan?

Malam itu, malam terindah yang pernah ada dalam hidupku. AllahuAkbar!

Minggu, 03 Agustus 2014

Tragedi Sabtu Malam

Bisa dibilang nge-Blog itu bikin nyandu yah.. 

Apa-apa di Posting, mau ada yang komen mau nggak kek.. 
Ya sebatas buat jejak hidup aja.. 

Malem ini Sabtu, 2 Agustus 2014, diakhir malam tepatnya pukul 23.00 WIB aku terbangun dari tidur karena pengen buang air kecil ke kamar mandi.
Pas ambil kunci di tempat buku, kok diputer" gak bisa -.-' 
Akhirnya.. Cekreeeeekkk.. KUNCI PATAH.. 
Ya Allah.. 
Ada-ada aja yah orang lagi kebelet juga, lagi pula maklum kunci itu sudah dipakai sejak perumahan ini berdiri, sejak rumah ini jadi sekitar tahun 1998. Aneh nya saya ga liat kalo kunci pasangannya pun udah patah entah kapan dan sama siapa dipatahinnya. Dengan berbagai cara saya coba bobol, awalnya bukain baut dipintu dlu untung aja di kamar ada Tespen. Terus segala besi2 yang ada dikamar dipake buat congkel-congkel, FRUSTASI sudah.. Hasilnya NIHIL.. 

Akhirnya sms ke kakak tahunya dia terlelap tidur, finally telepon ke rumah biar pada bangun. Untung aja bangun.. Oiya, mamah sama papah lagi gak disini lagi ngindep di puncak, acara keluarga papah gitu. Sengaja ga sms papah sama mamah takut disana panik kan repot.. 

Kembali ke kisah.. Akhirnya teteh bangun dan angkat telepon dari aku, untung bgt malem itu ada pulsa, karena diisiin kekasih hehe :D Dengan bantuan teteh pake "Tutup Pulpen" si patahan kunci pun bisa saya ambil dan ga tutupin jalan pen-Congkel-an saya.. Saya congkel2 lagi masih NIHIL.. Akhirnya adek saya yang kebetulan lagi tidur bareng nemu gunting besi diatas lemari buku dikamar, dengan berat hati saya ancurin pintu malem2.. 
Sedikit demi sedikit kelihatan yang mana yang harus saya gerakin.. 
Krekeeekk krekeeek.. 
Akhirnya.. Pintu TERBUKA hahaha :D 
Ya Allah.. Ada ada aja malem ini.. 
Katanya teteh gini 
"Tadi sih mau tidur ketawa2n mulu sambil teleponan, jadi kan dikerjain." 
-.-'' haduuuhhhh.. Jadi bawa-bawa hal mistis tengah malem gini juga yang heuu.. Positive Thinking aja padahal, itu kunci ada dari jaman saya baru punya ade 1 umurnya setaun. Sekarang ade saya yang umurnya setaun umurnya aja 17 tahun. bahkan ade saya ini udah punya ade lagi umur 13 tahun. Bayangkan itu kunci umurnya udah 16 tahun, si bungsu aja kalah tua 3 Tahun, pantes aja lapuk banget hahaha.. Setelah ini saya malah jadi Parno buat kunci pintu, padahal pake Selot.. Alhasil karena saya takut ngunci selot dan saya ga bisa tidur kalo pintu ga ke tutup.. Saya kunci pintu kamar pake tali HP di belit2 ke selotan pintu hahaha.. 

Okay.. Sekarang udah MINGGU 3 Agustus 2014, pukul 00.20 WIB Waktunya untuk tidur sambil senyum geli liat pintu wujudnya udah hancur minaaa hahaha...

Kamis, 06 Juni 2013

Jika Allah tak izinkan Aku dengannya

Entah harus berapa tetes lagi air mata yang harus aku tumpahkan saat hati ini tengah letih akan perjuangan yang tengah aku lakukan .
Entah harus berapa banyak aku kehilangan orang - orang yang aku sayangi , karena diriku terlalu mencintainya .
Terlalu banyak kepahitan yang tengah aku rasakan diantara banyak terpaan orang - orang akan diriku .
Jika memang Engkau ya Rabbi , tak ridhai aku memilihnya dan mencintainya atas namamu , aku mohon hapuskan perasaan yang kini tertanam 
jangan lagi kau tumbuhkan benih cinta yang kini tertanam
jika memang permasalahan yang kini hadir silih berganti karna khilaf ku yang begitu mencintainya , ampunilah aku ya Rabbi
ku pasrahkan segala yang akan terjadi , kupasrahkan apa yang akan terjadi diriku karna memang Engkau lah yang teradil bila memang harus aku dihukum atas kekhilafan ku 
maafkan aku ya Rabbi