Catatan Kehidupan
ketika sebuah kehidupan sepenuhnya adalah pembelajaran
Jumat, 12 Februari 2016
Selasa, 05 Agustus 2014
Cinta Suci Seorang Pendosa
Copy dari Websitenya Kang Setia
Wajib di baca !!!
ini Link aslinya : http://www.setiafurqon.com/cinta-suci-seorang-pendosa.html
Wajib di baca !!!
ini Link aslinya : http://www.setiafurqon.com/cinta-suci-seorang-pendosa.html
Cinta Suci Seorang Pendosa
Aku mungkin orang yang paling banyak
dosanya di dunia ini. Semua dosa hampir sudah pernah aku coba. Dari
minuman keras, ganja, dan lain sebagainya pernah kucoba.
Bahkan,
beberapa orang mengenalku sebagai seorang preman. Setelah lulus SMA,
aku tak melanjutkan kuliah, karena aku lebih senang kumpul dengan
teman-temanku sesama pengangguran. orang tuaku bisa dikatakan kaya, tapi
mereka tak mau peduli denganku, semuanya diselesaikan dengan uang.
Parahnya, saat aku mabuk dan tak sadarkan diri banyak hal-hal negatif
yang aku lakukan.
Dengan uang dan
ketampanan yang aku punya, hampir semua tipe wanita sudah pernah
kutaklukan. Namun, yang beberapa hari ini jadi perhatianku, aku ingin
bisa menaklukan satu tipe wanita yang cukup sulit ditaklukan nampaknya,
yaitu wanita berjilbab.
Akhirnya aku
menemukan seorang wanita cantik berjilbab yang kujadikan target untuk
mendapatkannya. Berbagai strategi kujalankan untuk mendapatkan seorang
wanita cantik berbalut jilbab rapi di sebuah kampus. Karena aku tahu
wanita seperti itu suka dengan lelaki yang suka mengaji dan berkumpul
dengan orang-orang soleh, kuberanikan diri untuk pura-pura mengikuti
kajian yang diadakan di kampus tersebut. Awalnya, fokusku bukan pada
pengajiannya, namun pada cara beberapa lelaki di sekelilingku bersikap.
Agar aku bisa meniru tingkah laku mereka agar hati wanita cantik
berbalut hijab itu bisa kutaklukkan.
Namun
entah mengapa, saat seorang ustadz mengajarkan tentang nikmtnya menjadi
seorang muslim yang hidup tenang dunia akhirat, seperti ada setetes
embun yang begitu menyejukkan hatiku yang selama ini kering. Seperti
oase di tengah padang pasir. Pengajian perdana berlalu, entah mengapa
ada kerinduan untuk mendengar kembali kajian selanjutnya. Jiwa ini
seperti mendapat asupan setelah kelaparan yang berkepanjangan.
Kajian
selanjutnya, kembali aku dapatkan kesejukan itu, hingga
pertemuan-pertemuan selanjutnya. Akhirnya, akupun lupa dengan targetku
untuk menaklukan wanita berjilbab panjang itu.
Akupun
sedikit demi sedikit mulai berubah. Entah mengapa aku sudah malas
ngobat, mabuk, dan kemaksiatan lainnya. Perlahan aku sudah jarang
ditemui di tempat mangkalku dengan teman-teman lain sesama pemabuk. Aku
justru ketagihan dengan sholat duha yang jadi amalan favoritku. Kadang
aku berkata dalam hati, “Halo, kenapa aku jadi berubah gini? Mana aku
yang dulu?”
Sampai suatu hari,
seorang Ustadz bertanya, “Antum (Kamu) sudah siap nikah, ini kebetulan
ada seorang akhwat yang sudah siap menikah. Antum kayaknya udah siap
untuk nikah”. Otakku seperti mau pecah, hatiku seperti kena petir.
Sambil setengah gagap akupun berkata, “Ust.. Ustadz, saya ini banyak
dosa. Tapi saya memang ingin sekali memperbaiki diri. Mudah-mudahan saya
bisa menjadi imam yang baik. Bismillah, kalau ustadz yang
merekomendasikan, saya siap ustadz”.
Sekarang giliran Ustadznya yang kaget. “Bener siap?? Kapan kamu mau ta’aruf (Berkenalan) dengan akhwatnya?
Dengan
tekad kuat, akupun menatap dalam-dalam mata Ustadz, “Ustadz, kalau
memang memungkinkan, malam ini juga saya siap untuk melamar dan
melangsungkan akad nikah. Saya gak mau berlama-lama. Kebetulan saya
sudah punya tabungan yang cukup untuk mahar dan hidup bersama beberapa
bulan kedepan”.
“B.. bener? Kamu nggak akan lihat dulu akhwatnya?” Tanya sang Ustadz. “Afwan (Maaf) Ustadz, dia wanita tulen kan?” Tanyaku.
“Ya
iyalah..hehe. Masa banci” Canda Ustadz. “Saat masa kelam dulu, saya
sudah tahu semua tipe wanita. Saya nggak mau saya menikah karena nafsu
saya padanya. Saya ingin menikahi wanita yang siap menerima saya sebagai
imamnya. Yang bersama saya mempeleajari dan mengamalkan ajaran Islam.
Mohon do’anya Ustadz” Jawabku mantap.
Singkat
cerita, malam itu juga. aku dibawa ke rumah orang tua akhwat yang
akupun tak tahu wajah dan latar belakang dirinya. Pikir sederhanaku, ada
seorang wanita muslimah yang mau menerima aku apa adanya saja sudah
Alhamdulillah.
Saat Sang Ustadz
berbincang-bincang dengan keluarga akhwat tersebut, pikiran saya
melayang-layang. Ingin rasanya mencubit pipi sambil bilang, “Benarkah
ini terjadi? Sebentar lagi saya akan menikah?”. Saat kedua orang tua
wanita paham dengan tujuan kami kemari, mereka pun berkata, “Kalau kami
sih nggak ada masalah, tapi ga tau anaknya mau atau nggak. Mikaila,
kemari Nak!”. Tiba-tiba dibalik tirai rumah yang sederhana itu muncul
seorang bidadari yang begitu cantik, memakai kerudung putih rapi dengan
mata menunduk dan senyum yang menggoda. “Allah, ternyata dia, orang yang
dulu aku kejar-kejar sampai aku bisa berubah seperti ini!”.
Astagfirullah, segera kutundukkan kepala.
Orang
tua akhwat itupun bertanya untuk kedua kalinya, “Nak, kamu sudah kenal
dengan lelaki yang ingin melamarmu ini?”. “Mm.. Belum mah, tapi wajahnya
pernah hadir dalam mimpi Mikaila beberapa hari ini” Jawabnya begitu
merdu. “Waduh, belum kenal. Jadi gimana, kamu setuju menikah dengan Mas
ini atau mau dipikir masak-masak dulu?” Tanya sang ayah.
Beberapa
saat, keadaan begitu sepi, seakan malam jum’at kliwon di sebuah hutan.
Hatiku pun bergejolak, aku memang berharap, tapi aku siap jika aku
ditolak. Jika diterima aku akan sujud syukur, jika ditolak aku akan
berkata, “AllahuAkbar!”
Tiba-tiba,
sebuah suara lembut begitu menyejukkan hati, seperti pertama kali aku
menikmati siraman hidayah mengalir di tubuhku, “InsyaAllah, dengan
memohon petunjuk dan rahmat dari Allah, Mikaila siap membangun cinta
karena Allah, berusaha menjadi istri solehah, setia menemani Mas dalam
berjuang di jalan Allah. Bismillah, Mikaila siap diimami”.
Lantunan
kata itu bukan hanya lembut, tapi membuat mataku meleleh. Teringat
kembali masa-masa kelam yang kujalani selama ini. Akankah aku
mengatakannya sekarang di depan semua orang? Ataukah hanya akan
kuberitahu pada calon istriku? Atau selamanya akan kupendam, atau bahkan
kulupakan. Beberap saat hatiku berkecamuk.
Kutersadar
dari lamunan saat Ustadz berkata, “Alhamdulillah, kalau seperti itu,
bagaimana kalau malam ini saja langsung akad nikah, biar cepat halal.
InsyaAllah resepsi bisa menyusul”.
Singkat
cerita, malam itu dengan pertimbangan banyak pihak akhirnya akupun
berhasil meminang seorang bidadari cantik jelita, anugerah terindah
dariNya.
Malam itu juga aku ajak
Mikaila ke sebuah hotel yang cukup mewah. Setelah wudhu bersama, sholat 2
rakaat dan mencium keningnya, akupun memegang tangannya perlahan,
sambil malu-malu menatap matanya yang indah itu, “Sayang, benarkah kau
mau menerima diriku apa adanya?” Jawabku lirih. “InsyaAllah saya
menerima Mas apa adanya”. Mataku mulai berkaca-kaca, “Tapi aku punya
masa kelam yang…” Belum sempat aku melanjutkan, jari tangannya yang
lentik menyentuh bibirku, “Sstt.. Mas, saat akad tadi terucap aku sudah
pasrahkan semuanya pada Allah. Aku terima mas apa adanya, aku punya masa
lalu, mas juga punya masa lalu, yang penting bukan masa lalu, tapi hari
ini dan hari-hari selanjutnya yang akan kita bangun”.
Subhanallah,
akupun memeluknya sambill air mataku meleleh. Begitu bahagia rasanya
mempunyai istri solehah yang ikhlas menerimaku apa adanya. Malam itupun
aku terkejut karena ternyata istriku penghafal quran, lebih dari 20 juz
ia hafal beserta artinya. Maka nikmat Allah mana lagi yang hendak kau
dustakan?
Malam itu, malam terindah yang pernah ada dalam hidupku. AllahuAkbar!
Minggu, 03 Agustus 2014
Tragedi Sabtu Malam
Bisa dibilang nge-Blog itu bikin nyandu yah..
Apa-apa di Posting, mau ada yang komen mau nggak kek..
Ya sebatas buat jejak hidup aja..
Malem ini Sabtu, 2 Agustus 2014, diakhir malam tepatnya pukul 23.00 WIB aku terbangun dari tidur karena pengen buang air kecil ke kamar mandi.
Pas ambil kunci di tempat buku, kok diputer" gak bisa -.-'
Akhirnya.. Cekreeeeekkk.. KUNCI PATAH..
Ya Allah..
Ada-ada aja yah orang lagi kebelet juga, lagi pula maklum kunci itu sudah dipakai sejak perumahan ini berdiri, sejak rumah ini jadi sekitar tahun 1998.
Aneh nya saya ga liat kalo kunci pasangannya pun udah patah entah kapan dan sama siapa dipatahinnya. Dengan berbagai cara saya coba bobol, awalnya bukain baut dipintu dlu untung aja di kamar ada Tespen. Terus segala besi2 yang ada dikamar dipake buat congkel-congkel, FRUSTASI sudah.. Hasilnya NIHIL..
Akhirnya sms ke kakak tahunya dia terlelap tidur, finally telepon ke rumah biar pada bangun. Untung aja bangun..
Oiya, mamah sama papah lagi gak disini lagi ngindep di puncak, acara keluarga papah gitu. Sengaja ga sms papah sama mamah takut disana panik kan repot..
Kembali ke kisah..
Akhirnya teteh bangun dan angkat telepon dari aku, untung bgt malem itu ada pulsa, karena diisiin kekasih hehe :D
Dengan bantuan teteh pake "Tutup Pulpen" si patahan kunci pun bisa saya ambil dan ga tutupin jalan pen-Congkel-an saya..
Saya congkel2 lagi masih NIHIL..
Akhirnya adek saya yang kebetulan lagi tidur bareng nemu gunting besi diatas lemari buku dikamar, dengan berat hati saya ancurin pintu malem2..
Sedikit demi sedikit kelihatan yang mana yang harus saya gerakin..
Krekeeekk krekeeek..
Akhirnya.. Pintu TERBUKA hahaha :D
Ya Allah.. Ada ada aja malem ini..
Katanya teteh gini
"Tadi sih mau tidur ketawa2n mulu sambil teleponan, jadi kan dikerjain."
-.-'' haduuuhhhh..
Jadi bawa-bawa hal mistis tengah malem gini juga yang heuu..
Positive Thinking aja padahal, itu kunci ada dari jaman saya baru punya ade 1 umurnya setaun.
Sekarang ade saya yang umurnya setaun umurnya aja 17 tahun.
bahkan ade saya ini udah punya ade lagi umur 13 tahun.
Bayangkan itu kunci umurnya udah 16 tahun, si bungsu aja kalah tua 3 Tahun, pantes aja lapuk banget hahaha..
Setelah ini saya malah jadi Parno buat kunci pintu, padahal pake Selot..
Alhasil karena saya takut ngunci selot dan saya ga bisa tidur kalo pintu ga ke tutup..
Saya kunci pintu kamar pake tali HP di belit2 ke selotan pintu hahaha..
Okay.. Sekarang udah MINGGU 3 Agustus 2014, pukul 00.20 WIB
Waktunya untuk tidur sambil senyum geli liat pintu wujudnya udah hancur minaaa hahaha...
Kamis, 06 Juni 2013
Jika Allah tak izinkan Aku dengannya
Entah harus berapa tetes lagi air mata yang harus aku tumpahkan saat hati ini tengah letih akan perjuangan yang tengah aku lakukan .
Entah harus berapa banyak aku kehilangan orang - orang yang aku sayangi , karena diriku terlalu mencintainya .
Terlalu banyak kepahitan yang tengah aku rasakan diantara banyak terpaan orang - orang akan diriku .
Jika memang Engkau ya Rabbi , tak ridhai aku memilihnya dan mencintainya atas namamu , aku mohon hapuskan perasaan yang kini tertanam
jangan lagi kau tumbuhkan benih cinta yang kini tertanam
jika memang permasalahan yang kini hadir silih berganti karna khilaf ku yang begitu mencintainya , ampunilah aku ya Rabbi
ku pasrahkan segala yang akan terjadi , kupasrahkan apa yang akan terjadi diriku karna memang Engkau lah yang teradil bila memang harus aku dihukum atas kekhilafan ku
maafkan aku ya Rabbi
Langganan:
Postingan (Atom)